Saya
terhanyut oleh arus kuat “Gelombang”, perjalanan bersama alfa kali ini,
runutannya mulai terbaca. Keterhubungan beberapa tokoh dalam supernova
sebelumnya, di seri ini sudah akan kalian temui. Seperti sebelumnya, Dee mampu membawa
kita bertumbuh bersama tokoh dalam kisahnya dan merasai setiap detil kejadian
yang dialami.
Disini,
Dee mempertemukan kita dengan Alfa. Seorang anak yang lahir dan menghabiskan
sebagian masa kecilnya di pedalaman desa Sianjur mula-mula yang konon menjadi
daerah asal suku batak pertama. Menganut kepercayaan Parmalim, yang merupakan
kepercayaan asli batak. Meskipun dilahirkan di pedalaman desa yang jauh dari
peradaban modern, namun karena cita-cita besar orang tuanya dan diperkuat oleh
peristiwa ganjil yang dialami oleh Alfa, akhirnya membuat keluarga ini memutuskan
untuk merantau ke Ibu kota Jakarta.
Alfa..
sama seperti tokoh supernova yang lain, sosok yang berbeda dari manusia
kebanyakan. Dianugrahi kecerdasan yang melampaui manusia pada umumnya, bakat
inilah yang kemudian membuatnya mampu menghadapi kendala-kendala kecil yang
menghalangi jalannya, ketika akhirnya memutuskan untuk merantau ke New York dan
menjadi imigran gelap disana. Tapi lebih dari itu, di buku ini, meskipun Dee
merunut perjalanan seorang anak desa yang akhirnya berhasil mencapai semua
impian di Kota besar, content sesungguhnya ada
pada mimpi-mimpi misterius Alfa.
Kejadian
berulang disetiap mimpinya, orang-orang (figur) yang di temui dalam mimpi itu,
yang akhirnya mempertemukan ia dengan sosok “Supernova” yang lain dan
membawanya ke suatu alam yang disebut Asko.
Bagi
kalian yang belum pernah membaca seri “Supernova” sebelumnya, mungkin akan
sedikit kebingungan dengan prolog di buku ini. Tapi jangan khawatir kalian
tidak dapat mengikuti, karena meskipun berseri, Dee menyampaikan pesan yang
berbeda di setiap serinya.
Seperti
dalam seri ini, Dee mengajak kita untuk lebih mengenal alam mimpi. Begitu kerap
mimpi berfungsi sebagai ruang belajar dan salah satu sumber intuisi, begitu
tuturnya. Dari buku ini pula akhirnya saya tau bahwa ternyata ada sekian banyak
jalan memanfaatkan mimpi lebih dalam daripada sekedar bunga tidur, teknik mimpi
sadar (lucid dreaming), yoga mimpi (dream yoga), meditasi mimpi adalah
sebagian dari teknik mimpi yang baru saya ketahui setelah membaca buku ini.
Ada
beberapa hal yang tidak selalu saya mengerti dengan cepat setiap kali membaca
karya Dee, khususnya untuk serial “Supernova”. Butuh membacanya berulang,
bahkan kadang saya tinggal tidur, mandi, menghitung biaya produksi perusahaan,
menginput data kuisioner, ngedraft tesis, dan merindukan seseorang :D. Namun
jangan khawatir, kekuatan Dee ada pada
diksi, kata seorang teman disuatu sore dalam perjalanan menemukan “Gelombang”.
Dan siapapun kalian yang mengakrabi karyanya, akan bersepakat dengan itu. Cara dia bertutur selalu ampuh menginspirasi
dan akhirnya bersepakat dengan idenya.
Pengetahuan
saya belum sepenuhnya meyakini keberadaan sosok-sosok seperti Alfa, Elektra,
Bintang Jatuh, dan Bodhi yang mengemban misi tertentu di Bumi ini. Namun saya
percaya dan bersepakat dengan Dee bahwa selalu ada representasi dari baik dan
buruk, malaikat dan iblis, serta tidak ada keterpisahan di alam ini, ruang dan
waktu, ada dan tiada hanyalah frase untuk lebih memudahkan otak kita dalam
mengklasifikasikan.. menandai. Mungkin memang benar yang dikatakan Dee, mati
itu adalah lupa, saya pun percaya kausalitas berlaku di alam ini, nikmat dan
sengsara sudah kita alami sekarang, bukan pada dimensi yang berbeda. Kita tak
butuh mati hanya untuk merasai neraka.
Entah
bagi kalian, namun menurutku membaca karya Dee, selalu memberi informasi baru
tentang pemahaman Budha. Khusus di buku ini, saya mendapatkan pesan yang mirip
ketika saya membaca buku Paulo Coelho “Aleph”, meskipun di Aleph Coelho justru
menceritakan perjalanan pribadinya menyusuri dimensi lain dari masa sekarang. Hanya
saja berbeda dengan Dee yang lebih akrab dengan tradisi Budha, Coelho
mendekatkan kita pada tradisi kepercayaan pada Bunda Agung (Mempunyai banyak nama: Bunda Ilahi, Sang
perawan Maria, Shechinah, Bunda Agung, isis, sofia, dan ada bermacam lagi).
Terakhir
saya ingin mengungkapkan kekaguman yang penuh..sungguh..seluruh pada Dee (Dewi
Lestari) yang selalu mampu membuat saya belajar, mengalami, bertumbuh, dan mencintai lewat karya-karyanya. Selamat terhanyut oleh “Gelombang”.
Nb: Saya juga merekomendasikan Supernova
“Pangeran, Putri, Dan Bintang Jatuh” Serta “Petir”. Menurut saya, di dua karya
ini selain “Rektoverso”, Dee bangun pagi selalu dengan mood yang baik, untuk
menulis tanpa perlu mengkhawatirkan hal lain selain Diva dan Elektra. Saya lagi
berusaha berderma di kehidupan sekarang, agar kelak dikehidupan selanjutnya,
saya dilahirkan menjadi salah satu dari mereka,, hahahhahahaha
maaf sedikit usil, hehe. reviewnya kok tidak dicantumkan titik kekurangan dan keunggulan bukunya ya. padahal kedua titik itu sangat penting ketika meresensi :D
BalasHapusTerimakasih bersedia singgah.. sarannya ditampung untuk resensi berikutnya ^_^
BalasHapus