Senin, 23 Mei 2016

IEP dan Perjalanan Dee Memahami Eksistensi



Tiga liukan heliks dalam bingkai heksagonal berwarna perak mengilap, symbol Intelegensi Embun Pagi untuk rangkaian akhir serial Supernova. Kali ini saya tidak begitu menyenangi Putih untuk warna sampul, murni karena alasan estetika (kurang enak dalam pandangan saya ^_^). Serial terakhir ini merupakan rangkuman jawaban dari 5 (lima) serial Supernova sebelumnya (Kesatria Putri dan Bintang Jatuh, Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang). Setiap pembaca yang mengakrabpi karya Dee, terutama Supernova, mungkin punya ekspektasi yang berbeda tentang akan bagaimana Dee mengakhirinya. Saya pun demikian, dari keseluruhan serial Supernova saya sangat menyenangi KPBJ dan Petir meskipun KPBJ bukan karya terbaik menurut Dee. Menyenangi KPBJ dan Petir berbanding lurus dengan terobsesinya saya kepada Diva dan Elektra, karena ekspektasi itulah membuat saya sedikit kecewa setelah membaca IEP. 

Diva tidak termasuk pemeran utama dalam perjalanan IEP, meskipun saya sedikit terhibur menemukan Elektra yang tetap lucu dan tulus. Namun Dee entah pada kesempatan yang mana memang telah mengungkapkan bahwa tidak mungkin untuk menyenangkan semua pihak, tidak mungkin untuk memenuhi harapan setiap orang, dan setuju dengan alasan itu  maka saya mahfum :).

Membaca 99 keping (Bab) dalam serial Supernova IEP bagi saya layaknya menemani perjalanan Dee memahami Eksistensi. Meskipun bahasa tidak selalu punya padanan yang tepat untuk mewakilkan makna, ada satu titik dimana saya selalu bersepakat dengan Dee tentang keterhubungan segala sesuatu, keterpisahan dalam realitas hanyalah ilusi sebagai syarat pertahanan hidup. Otak manusia entah bagaimana, dibatasi hanya untuk mengingat dan menyimpan potongan-potongan peristiwa. Namun dibalik itu saya percaya ada akal untuk memahami keseluruhan, memahami paradoks semesta. Itulah kenapa “ilham” (saya tidak memiliki padanan kata yang lebih mendekati) akan selalu hadir sebagai jawaban untuk segala pertanyaan tentang Hidup. 


Pada setiap serial Supernova Dee selalu menyelipkan “Tanda Tanya” besar itu, dan menurut saya Dee menggambarkan paradoks dan keterhubungan semesta dengan begitu baik pada dialog Ruben dan Dimas dalam serial KPBJ, pada penjelasan ibu Sati ke Elektra dalam serial Petir, dan kalian akan menemukan sedikit pada penjelasan Simon ke Zarah dalam serial IEP *MasihBaper* atau mungkin hanya karena saya tidak begitu mengerti  tentang apa hubungan Tatto dalam serial Akar, Jamur dalam serial Partikel, dan Mimpi dalam serial Gelombang dengan Eksistensi. Ahhhh dasar.. ini akibat dari terjebak pada hal-hal yang tampak dipermukaan.

Kembali ke IEP diluar dari jawaban yang dinanti oleh setiap pembaca Supernova, pada serial terakhir ini dengan segala keterbatasannya saya harus mengakui satu hal bahwa Dewi Lestari adalah satu dari sedikit orang yang masuk dalam daftar orang paling berpengaruh dalam hidup saya :D dia memiliki kualitas untuk dipuja.. kalian mungkin tidak akan percaya bahwa tidak semua runutan kejadian dirancang Dee dari awal. Bagaimana Dee seharusnya mengakhiri kisah Diva si Bintang Jatuh merupakan kejutan yang tidak menyenangkan untuk saya pribadi, tetapi memang sudah semestinya begitu. Memilih peretas, inviltran dan sarvara kemudian mensingkronisasi dengan kisah mereka sebelumnya merupakan hal yang patut diapresiasi, meskipun ada beberapa perpindahan dari satu peristiwa ke peristiwa selanjutnya yang kadang saya kehilangan runutannya. 

Setelah membaca IEP, masing-masing kita  mempunyai pendapat yang berbeda mengenai Infiltran, Peretas, dan Sarvara, saya memahaminya tidak dalam kerangka pihak mana yang baik dan buruk. Infiltran, Peretas, ataukah Sarvara mereka akan selalu ada sebagai manifestasi dari segala hal paradoksal. Memihak salah satu kelompok justru akan mengaburkan maksud sebenarnya. Keberpihakan bukanlah untuk mentasbihkan kelompok yang satu lebih superior dari kelompok lainnya, karena perselisihannya menurut saya ada pada upaya untuk mempertahankan stabilitas dan status quo.

Saya masih menyimpan berbagai pertanyaan yang ingin langsung saya tanyakan sekiranya punya kesempatan untuk bertemu kembali dengan Dee.

Apa yang terjadi sekiranya Rana terbangun dari amnesianya?

Bagaimana jika batu yang dipegang Zarah untuk membuka portal di Bukit Jambul adalah batu miliknya bukan milik ayahnya?

Bagaimana jika skenario Isthar lah yang terjadi pada saat pembukaan Portal terakhir di Bukit Simaung-maung Ataukah justru skenario para inviltran dan peretaslah yang terjadi?

Dan bagaimana jika Diva berhasil dengan rencana percepatannya, ide tentang evolusi kesadaran? 

Terakhir siapa yang menyangka bahwa ending dari serial Supernova ini sesungguhnya ada pada kisah cinta sejati Isthar dan Alfa. Peratas, Inviltran, Sarvara dengan segala kisah dan fakta yang membungkusnya tidak mampu menyembunyikan kisah cinta sejati mereka meskipun hanya dibahas sekilas pada serial Gelombang dan serial IEP pada keping 92 (Alfa Omega), namun telah cukup membuat saya ikut merasakan patah hati yang dialami Isthar dan Alfa. 

Bayangkan, rasanya menjadi aku. Harus memburumu setiap kelahiran. Menungguimu di setiap kematian. Mengingatkanmu berulang-ulang siapa aku, siapa kamu. It’s torturing, Love. But I also got to watch you falling in love with me, desperately, over and over again. Diantara mereka berdua, ia kembali dikutuk menjadi satu-satunya pihak yang ingat.
Tangan Alfa merentang perlahan, menghapus butiran air di pipi Isthar. Ini tidak mudah buatku, katanya lirih. Aku tidak pernah ingin menyakitimu. Satu kali pun.
Di sela linangan air matanya, Isthar tersenyum tipis. Aku tahu. Tapi, kamu terus melakukannya, berkali-kali.”

OMG.. Saya rindu mencintai. Rindu merasakan energi yang membuat Isthar berani, membuat Isthar bertahan menunggu selama berjuta-juta kelahiran. 

Dan sesungguhnya di balik rasa rindu itu, saya tetap menyimpan hasrat untuk menjadi secerdas Diva, setulus dan selucu Elektra, namun tetap anggun dan sekalem Zarah juga memiliki kisah cinta seindah kisahnya hahahhaha… Dewi Lestari engkau luar biasa dalam menghidupkan Tokoh!

Selamat memahami. Sampai jumpa di kesempatan lainnya ^_^

Selasa, 17 Mei 2016

Saling Berbagi Di Kelas Inspirasi Palopo



Hari itu selasa, tepatnya 3 mei 2016. Kami dari tim relawan inspirator dan relawan panitia kelas inspirasi berkumpul di SDN 60 Salubattang. Hari yang telah kami sepakati untuk berbagi semangat, inspirasi, dan mimpi kepada siswa-siswi SDN 60 Salubattang Kota Palopo. 

Dua bulan sebelumnya, sebelum akhirnya tim kami (SDN Salubattang) berkumpul di tempat tersebut, sebagai bentuk apresiasi untuk kualitas kerja dan semangat yang luar biasa kepada teman-teman relawan panitia KI Palopo, saya ingin mengungkapkan terimakasih yang sungguh, karena telah memberikan saya kesempatan untuk ikut bergabung menjadi salah satu dari kalian. Anak-anak muda keren dengan tujuan hidup visioner, langkah yang terukur dan juga semangat nasionalisme yang tetap terpatri di jiwa. Karena kalian saya tidak lagi merasa *keren* sendirian :D bukan..!! karena kalian hari pendidikan nasional kali ini punya bentuk (makna), tidak sekedar upacara seremonial pengibaran bendera dan pidato peringatan. #MeskipunBukanBerartiHalItuSalah.

Setelah melalui beberapa tahapan seperti.. proses sosialisasi, survey lokasi, pendaftaran, dan scorring relawan pengajar maka diputuskanlah 10 tim, yang satu timnya terdiri dari 9 sampai 10 relawan inspirator, 1 relawan dokumentator dan 3 sampai 4 relawan panitia, dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Untuk SDN 60 Salubattang tim kami terdiri dari 10 relawan inspirator, 1 relawan dokumentator, dan 3 relawan panitia.

Pagi yang bersahabat, matahari belum begitu terik, bau tanah basah sisah hujan semalam masih tercium samar. Beruntung lokasi sekolah kami meskipun masih berada dalam wilayah Kota Palopo, namun letaknya sudah masuk dalam wilayah pelosok. Untuk kalian yang sehari-harinya bergelut dengan rutinitas mengerjakan semua hal demi berburu dengan waktu. Maka mendapatkan suasana pagi dengan pemandangan hijau sawah dan rerimbunan pohon, sungguh merupakan hal yang begitu mahal.

Kegiatan pagi itu dimulai dengan apel pagi dan briefing Tim dengan pihak sekolah SDN Salubattang. Kami terbagi dalam 3 kelompok, saya kebagian mengkoordinir kelompok 2 untuk kesempatan pertama menginspirasi di kelas 5. Dalam menghadapi kelas, ini bukan pengalaman pertama saya. Sudah lebih dari tiga tahun saya belajar mengajar disalah satu perguruan tinggi di Palopo. Akan tetapi ini pengalaman pertama saya berdiri di depan anak-anak tingkat sekolah dasar. Hal pertama yang terpikirkan adalah metode agar saya mampu men-delivered pesan. Tapi mereka disana dengan binar mata mengisyaratkan keingintahuan yang besar, semangat yang terdengar dari teriakan mereka menjawab salam dan meneriakkan yel-yel “Kelas Inspirasi Palopo.. Membangun Mimpi Anak Indonesia”.. bagaimana saya lupa cara mereka menatap setiap Inspirator yang hadir, antusiasme mereka menjawab setiap pertanyaan. Masih tergambar jelas mereka berjingkrak kegirangan menyanyikan setiap lagu yang diajarkan para inspirator dan menatap takjub pada alat peraga yang diperlihatkan.

 



Antusiasme mereka mengingatkan saya bahwa diluar dari tujuan awal kami ketempat ini, merekalah yang justru menginspirasi kami, dari binar mata dan rasa ingin tahu merekalah saya sadar untuk kembali mengingat mimpi saya dan diam-diam menumbuhkan kembali harapan dalam hati untuk mewujudkannya. Awalnya saya berpikir bahwa anak-anak memang seharusnya diberi motivasi untuk membangun dan mewujudkan mimpi. Saya salah! mereka punya caranya sendiri bermimpi. Bertanyalah.. maka kalian akan memperoleh jawaban-jawaban menakjubkan tentang ingin menjadi apa mereka nantinya J yang memang perlu kita lakukan adalah memberi mereka informasi tentang berbagai macam profesi yang bisa menjadi pilihan. 

Saya tidak begitu tahu apa indikator keberhasilan dari kegiatan ini, dan kalau indikatornya adalah anak-anak memilih salah satu profesi yang diperkenalkan oleh para inspirator, maka untuk SDN 60 Salubattang saya pikir misi kami berhasil. Bukan satu dua siswa yang akhirnya menggantungkan mimpinya menjadi dosen pada pohon harapan, padahal sebelumnya mereka buta tentang profesi ini.  

Begitu banyak kejadian luar biasa yang membuat saya sadar, ternyata kebutuhan saya akan gelak tawa, binar mata takjub, bahkan sekedar teriakan iseng mereka.. lebih saya harapkan daripada rencana liburan manapun yang telah saya reka dalam imaji, *EfekKurangPiknik*.  Namun saya lupa satu hal, mengabadikan setiap momennya melalui kamera handphone untuk sekedar menjadi kenangan atau untuk kepentingan share (pamer) di sosial media. Saya hanya terbawa suasana dan  tidak mau kehilangan detil kejadian yang luput dari perhatian karena saya sibuk dengan handphone.
Well terakhir.. Terimakasih sekali lagi untuk semua Tim Relawan Kelas Inspirasi Palopo
Terimakasih kepada pihak sekolah SDN 60 Salubattang Kota Palopo
Dan kepada seluruh generasi muda Indonesia, terkhusus kepada adik-adik siswa kelas 4,5 dan 6 SDN Salubattang Kota Palopo.. setiap mimpi dan harapan yang kalian tuliskan, ada saya yang merasa berharga karenanya.. Terimakasih.