Rabu, 22 Oktober 2014

Dihanyutkan Gelombang

Saya terhanyut oleh arus kuat “Gelombang”, perjalanan bersama alfa kali ini, runutannya mulai terbaca. Keterhubungan beberapa tokoh dalam supernova sebelumnya, di seri ini sudah akan kalian temui. Seperti sebelumnya, Dee mampu membawa kita bertumbuh bersama tokoh dalam kisahnya dan merasai setiap detil kejadian yang dialami.

Disini, Dee mempertemukan kita dengan Alfa. Seorang anak yang lahir dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di pedalaman desa Sianjur mula-mula yang konon menjadi daerah asal suku batak pertama. Menganut kepercayaan Parmalim, yang merupakan kepercayaan asli batak. Meskipun dilahirkan di pedalaman desa yang jauh dari peradaban modern, namun karena cita-cita besar orang tuanya dan diperkuat oleh peristiwa ganjil yang dialami oleh Alfa, akhirnya membuat keluarga ini memutuskan untuk merantau ke Ibu kota Jakarta.
Alfa.. sama seperti tokoh supernova yang lain, sosok yang berbeda dari manusia kebanyakan. Dianugrahi kecerdasan yang melampaui manusia pada umumnya, bakat inilah yang kemudian membuatnya mampu menghadapi kendala-kendala kecil yang menghalangi jalannya, ketika akhirnya memutuskan untuk merantau ke New York dan menjadi imigran gelap disana. Tapi lebih dari itu, di buku ini, meskipun Dee merunut perjalanan seorang anak desa yang akhirnya berhasil mencapai semua impian di Kota besar, content sesungguhnya ada pada mimpi-mimpi misterius Alfa.

Kejadian berulang disetiap mimpinya, orang-orang (figur) yang di temui dalam mimpi itu, yang akhirnya mempertemukan ia dengan sosok “Supernova” yang lain dan membawanya ke suatu alam yang disebut Asko.

Bagi kalian yang belum pernah membaca seri “Supernova” sebelumnya, mungkin akan sedikit kebingungan dengan prolog di buku ini. Tapi jangan khawatir kalian tidak dapat mengikuti, karena meskipun berseri, Dee menyampaikan pesan yang berbeda di setiap serinya.

Seperti dalam seri ini, Dee mengajak kita untuk lebih mengenal alam mimpi. Begitu kerap mimpi berfungsi sebagai ruang belajar dan salah satu sumber intuisi, begitu tuturnya. Dari buku ini pula akhirnya saya tau bahwa ternyata ada sekian banyak jalan memanfaatkan mimpi lebih dalam daripada sekedar bunga tidur, teknik mimpi sadar (lucid dreaming), yoga mimpi (dream yoga), meditasi mimpi adalah sebagian dari teknik mimpi yang baru saya ketahui setelah membaca buku ini.

Ada beberapa hal yang tidak selalu saya mengerti dengan cepat setiap kali membaca karya Dee, khususnya untuk serial “Supernova”. Butuh membacanya berulang, bahkan kadang saya tinggal tidur, mandi, menghitung biaya produksi perusahaan, menginput data kuisioner, ngedraft tesis, dan merindukan seseorang :D. Namun jangan khawatir,  kekuatan Dee ada pada diksi, kata seorang teman disuatu sore dalam perjalanan menemukan “Gelombang”. Dan siapapun kalian yang mengakrabi karyanya, akan bersepakat dengan itu.  Cara dia bertutur selalu ampuh menginspirasi dan akhirnya bersepakat dengan idenya.
Pengetahuan saya belum sepenuhnya meyakini keberadaan sosok-sosok seperti Alfa, Elektra, Bintang Jatuh, dan Bodhi yang mengemban misi tertentu di Bumi ini. Namun saya percaya dan bersepakat dengan Dee bahwa selalu ada representasi dari baik dan buruk, malaikat dan iblis, serta tidak ada keterpisahan di alam ini, ruang dan waktu, ada dan tiada hanyalah frase untuk lebih memudahkan otak kita dalam mengklasifikasikan.. menandai. Mungkin memang benar yang dikatakan Dee, mati itu adalah lupa, saya pun percaya kausalitas berlaku di alam ini, nikmat dan sengsara sudah kita alami sekarang, bukan pada dimensi yang berbeda. Kita tak butuh mati hanya untuk merasai neraka.

Entah bagi kalian, namun menurutku membaca karya Dee, selalu memberi informasi baru tentang pemahaman Budha. Khusus di buku ini, saya mendapatkan pesan yang mirip ketika saya membaca buku Paulo Coelho “Aleph”, meskipun di Aleph Coelho justru menceritakan perjalanan pribadinya menyusuri dimensi lain dari masa sekarang. Hanya saja berbeda dengan Dee yang lebih akrab dengan tradisi Budha, Coelho mendekatkan kita pada tradisi kepercayaan pada Bunda Agung (Mempunyai banyak nama: Bunda Ilahi, Sang perawan Maria, Shechinah, Bunda Agung, isis, sofia, dan ada bermacam lagi).

Terakhir saya ingin mengungkapkan kekaguman yang penuh..sungguh..seluruh pada Dee (Dewi Lestari) yang selalu mampu membuat saya belajar, mengalami, bertumbuh,  dan mencintai lewat karya-karyanya.  Selamat terhanyut oleh “Gelombang”. 

Nb: Saya juga merekomendasikan Supernova “Pangeran, Putri, Dan Bintang Jatuh” Serta “Petir”. Menurut saya, di dua karya ini selain “Rektoverso”, Dee bangun pagi selalu dengan mood yang baik, untuk menulis tanpa perlu mengkhawatirkan hal lain selain Diva dan Elektra. Saya lagi berusaha berderma di kehidupan sekarang, agar kelak dikehidupan selanjutnya, saya dilahirkan menjadi salah satu dari mereka,, hahahhahahaha