Inferno
karya terbaru Dan Brown ini kembali menyita perhatian para penggemar
sastra-sains, sama seperti
karya-karya sebelumnya ‘Inferno’
menawarkan petualangan dan hal kontroversial mengenai latar belakang sejarah
sebuah karya seni ataupun hal yang melatar belakangi dibangunnya tempat-tempat
yang disaat sekarang telah menjadi monumen-monumen sejarah.
Masih
dengan Tokoh yang sama dari tiga karya sebelumnya, The Da Vinci code, Angels
and Demonds, serta the Last symbol, Dan Brown menawarkan perjalanan menegangkan
bersama Robert Langdon menyusuri kota tua Florence, Italia. Mencoba menyelesaikan misi rahasia
yang selalu dengan sengaja dibebankan kepadanya, mengingat gelar yang dia
sandang sebagai professor dalam bidang simbologi. Namun kalau dalam tiga karya
sebelumnya sang tokoh “Robert Langdon” mencoba untuk menjawab teka-teki yang
berhubungan dengan symbol-simbol keagamaan dalam tradisi katolik (yang sempat
menggemparkan vatikan, dan karenanya buku The da vinci code dan Angels and
Demons sempat menuai kecaman dari pihak gereja Vatikan) kali ini berbeda, Dan
Brown meduplikasi mahakarya terhebat yang pernah ditulis__ “Inferno” karya
Dante Alighieri.
Diawali
dari terbangunnya Langdon dirumah sakit, dan syok karena mendapati dirinya
tengah berada di Florance, kisah ini menawarkan pengalaman yang luar biasa dan
pengetahuan tentang kiamat yang tak terelakkan yang dipicu oleh overpopulasi
“Nerakanya Dante bukanlah Fiksi.. itu
ramalan!
Kesengsaraan yang luar biasa. Penderitaan
yang menyiksa. Inilah gambaran hari esok.
Umat manusia, jika tidak terkendali,
berfungsi sebagai wabah, seperti kangker.. jumlah kita meningkat pada setiap
generasi hingga kenyamanan duniawi yang pernah menyehatkan hidup dan
persaudaraan kita menyusut sampai habis…
Monster-monster didalam diri kita… yang
bertempur hingga mati untuk memberi makan keturunan kita.
Inilah neraka Sembilan-lingkaran Dante.
Inilah apa yang menanti.
Ketika masa depan datang menggilas, dipicu
oleh perhitungan matematis Malthus yang tak tergoyahkan, kita berdiri goyah
diatas lingkaran pertama neraka…. Bersiap terjun lebih cepat daripada yang
pernah kita bayangkan.
“Knowlton
mengehentikan video itu, Perhitungan
matematis Malthus?? Pencarian
internet menuntunnya pada informasi mengenai ahli matematika dan demografi inggris
abad kesembilan belas terkemuka bernama Thomas Robert Malthus, yang dikenal
meramalkan keruntuhan global akibat overpopulasi.
Biografi
Malthus membuat Knowlton cemas karena menyertakan kutipan mengerikan dari
bukunya, An Essay on the principle of Population: Kekuatan populasi sangat
mengungguli kekuatan bumi untuk menghasilkan penghidupan bagi manusia, sehingga
kematian premature harus, dalam bentuk tertentu atau lainnya, mengunjungi umat
manusia. Sifat jahat umat manusia bersifat aktif dan bisa berfungsi sebagai
depopulasi. Sifat- sifat jahat itu bisa memicu perang yang menyababkan
pemusnahan besar; dan sering kali bisa menyelesaikan sendiri pekerjaan
mengerikan itu. Namun, seandainya kejahatan gagal melancarkan perang
pemusnahan, musim penyakit, epidemi, pes, dan wabah maju membentuk barisan yang
luar biasa, menyapu ribuan dan puluhan ribu manusia. Seandainya kesuksesan
masih belum bisa diraih sepenuhnya, kelaparan besar yang tak terhindarkan akan
membuntuti dari belakang, dan dengan satu pukulan kuat akan menyeimbangkan
populasi dengan jumlah makanan yang ada di dunia.
Dengan
jantung berdentam-dentam, knowlton memandang kembali bayang-bayang sosok
berhidung paruh dalam video yang dia Pause.
Umat manusia, jika tidak terkendali,
berfungsi seperti kangker. Tidak terkendali. Knowlton tidak menyukai kesan
kata-kata itu.
Dengan
bimbang, kembali dia menjalankan video.
Suara
teredam itu berlanjut.
“Tidak
melakukan sesuatu apa pun berarti menyambut neraka Dante…. Berjejalan dan
kelaparan, bergelimang Dosa.
Maka,
dengan sangat berani, aku bertindak.
Beberapa
orang akan menciut ketakutan, tapi semua keselamatan ada harganya.
Suatu
hari nanti, dunia akan memahami keindahan pengorbananku.
Karena
akulah keselamatanmu.
Akulah
sang Arwah.
Akulah
gerbang menuju zaman Pascamausia.
Ini
esensi, penyebab konflik yang membuat buku ini menarik bagi saya, kecerdasan
Dan Brown dalam mengolah sejarah, sains, seni, kode dan symbol kemudian
mengemasnya dalam sebuah novel adalah langkah genius yang tidak dimiliki oleh
semua orang. Saya membayangkan kalau saja model dan cara penyempaian mata
kuliah tentang kelangkaan sumberdaya, seapik dan semenarik ini, tidak melulu
table dan kurva dengan penyampaian yang tidak sekaku karya tulis ilmiah, saya
fikir akan menjadi salah satu campaign yang menarik dalam mengatasi kelangkaan
sumberdaya #ObsesiPribadi ^_^
Lalu
apakah Langdon berhasil memecahkan misterinya kali ini, tidak ada yang lebih
menyenangkan selain menjadi bagian dalam perjalanan Langdon menyusuri setiap
jengkal Florance, merasakan sensasi dan adrenalin yang berpicu karena disetiap
Babnya selalu dipenuhi kejutan. Dan akhirnya…….. Inferno